PROSES KARSTIFIKASI
KARSTIFIKASI
(kenampakan karst dari satelit)
Karst merupakan istilah dalam
bahasa jerman yang diturunkan dari bahasa Slovenia (kras) yang berarti lahan gersang berbatu. Istilah
ini sebenarnya didaerah asalnya tidak berkaitan dengan batu gamping dan proses
pelarutan. Namun saat ini istilah karst telah diadopsi untuk istilah
bentuklahan hasil proses pelarutan. Ford dan Williams (1989) mendefinisikan
karst sebagai medan dengan kondisi hidrologi yang khas sebagai akibat dari
batuan yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder yang berkembang baik. Karst dicirikan oleh :
1.
terdapatnya cekungan tertutup dan atau lembah kering dalam berbagai ukuran
dan bentuk
2.
langkanya atau tidak terdapatnya drainase /sungai permukaan.
3.
terdapatnya goa dari system drainase bawah tanah Karst tidak hanya terjadi di
daerah
Berbatuan karbonat,
tetapi juga di batuan lain yang mudah larut dan mempunyai porositas sekunder
(kekar dan sesar intensif) seperti gypsum dan batu garam. Namun demikian,
karena batuan karbont mempunyai sebaan paling luas, karst yan banyak dijumpai
adalah karst yang berkembang di batuan karbonat
Karstifikasi adalah
proses kerja air terutama secara kimiawi, meskipun secara mekanik pula yang
menghasilkan kenampakan-kenampakan topografi karst (Ritter, 1979). Karstifikasi
atau proses pembentukan bentuklahan karst didominasi oleh proses pelarutan.
Proses pelarutan batugamping diawali oleh larutnya CO2 didalam air membentuk H2CO3.
Larutan H2CO3 tidak stabil terurai
menjadi H− dan HCO3 . Ion H− inilah
yang selanjutnya menguraikan CaCO3 menjadi
Ca2+ dan HCO32-.
Berikut adalah
faktor-faktor yang dapat mendorong terbentuknya karst.
(Kenampakan kars di Gombong, Kebumen)
Faktor karstifikasi (syarat terbentuknya karst)
a. faktor pengontrol
(menentukan banyak tidaknya proses karstifikasi berlangsung)
- Telah terjadi
pengangkatan sebagai akibat gaya endogen, yang mengakibatkan Batugamping (CaCO3)
pecah-pecah(terdapat rekahan), inilah zona lemah yang sangat memungkinkan untuk
larut terlebih dahulu.
-
Batuan mudah larut, kompak, tebal dan mempunyai banyak rekahan
- Curah hujan yang
cukup (˃250 mm/tahun)
- Batugamping dengan kemurnian tinggi (batuan
terekspos diketinggian yang memungkinkan perkembangan sirkulasi air/drainase
secara vertical)
b. faktor pendorong
- Temperatur (daerah
tropis basah)
- Penutup lahan/vegetasi yang lebat
Batuan yang mengandung
CaCO3 tinggi akan mudah larut. Semakin tinggi kandungan CaCO3, semakin
berkembang bentuklahan karst. Kekompakan batuan menentukan kestabilan karst
setelah mengalami pelarutan. Apabila batuan lunak, maka setiap kenampakan karst
yang terbentuk seperti karen dan bukit akan cepat hilang karena proses
pelarutanitu sendri maupun gerak massa batuan, sehingga kenampakn karst tidak
berkembang baik. Ketebalan menentukan terbentuknya sirkulasi air secara
vertical lebih. Tanpa adanya lapisan yang tebal sirkulasi air akan berlangsung
secara lateral seperti pada air-air permukaan dan cekungan-cekungntuk. Rekahan
tertutup tidak dapat terbentuk. Rekahan batuan merupakan jalan masuknya air
membentuk drainase vertical dan berkembangnya sungai bawah tanah serta
pelarutan yang terkonsentrasi.
Curah hujan merupakan
media pelarut utama dalam proses karstifikasi. Semakin besar curah hujan,
semakin besar media pelarut, sehingga tingkat pelarutan yang terjadi dibatuan
karbonat juga semakin besar. Ketinggian batu gamping terekspos dipermukaan
menentukan sirkulasi/drainase secara vertikal. Walaupun baugamping mempunyai
lapisan tebal tetapi hanya terekspos beberapa meter diatas muka laut,
karstifikasi tidak akan terjadi. Drainase vertikal akan terjadi jika jarak
antara permukaan batuganping dengan muka air tanah atau batuan dasar dari
batugamping semakin besar. Semakin tinggi permukaan batugamping terekspos,
semakin besar jarak antara permukaan batugamping dengan muka air tanah dan
semakin baik sirkulasi air secara vertikal, serta semakin intensif pula
karstifikasi.
Temperatur mendorong proses karstifikasi terutama dalam
aktivitas organisme. Daerah dengan temperature hangat seperti di daerah tropis
merupakan daerah yang ideal bagi perkembangan organisme yang selanjutnya
menghasilkan CO2 dalam tanah yang melimpah. Temperature juga menentukan
evaporasi, semakin tinggi temperature semakin besar evaporasi yang pada
akhirnya akan menyebabkan rekristalisasi ini akan membuat pengerasan permukaan
(case hardening) sehingga bentuklahan karst yng telah terbentuk dapat
dipertahankan dari proses denudasi yang lain (erosi dan gerak massa batuan).
Kecepatan rekasi sebenarnya lebih besar di daerah temperature rendah karena konsentrasi
CO2 lebih rendah pada temperatur rendah. Namun demikian tingkat pelarutan di
daerah tropis lebih tinggi karena ketersediaan air hujan yang melimpah dan
aktivitas organisme yang lebih besar.
Penutupan hutan juga
merupakan factor pendorong perkembangan karst, karena hutan yang lebat akan
mempunyai kandungan CO2 melimpah dalam tanah akibat hasil dari perimbakan
sisa-sisa organik oleh mikroorganisme. Semakin besar konsentrasi CO2 dalam air
semakin tinggi tingkat daya larut air terhadap batugamping. CO2 di atnosfer
tidaklah bervariasi secara signifikan, sehingga variasi karstifikasi sangat
ditentukan oleh CO2 dari pada aktivitas organisme.
0 comments:
Post a Comment